Matematika Nadi Hidup Ini
Guru matematika merupakan seorang matematikawan dan saya bukan matematikawan sejati. Seperti apa yang dikatakan Sofia Kovalevskaya "Mustahil bisa menjadi matematikawan sejati tanpa memiliki jiwa seorang penyair [It is impossible to be a mathematician without being a poet in soul]."
Di sekolah, beberapa rekan guru dan beberapa orang siswa mempunyai kemampuan dalam menciptakan puisi, yang mampu membuat saya kehabisan kata-kata seperti apa yang dikatakan di tv. Bukan hanya mencipta mereka juga mampu membacakannya dengan penuh totalitas sampai kita kehabisan huruf-huruf (mengalahkan iklan di tv yang hanya kehabisan kata-kata). Atas kemampuan mereka merangkai kata, saya tidak ragu untuk 'angkat topi' untuk kemampuan mereka tersebut.
Sebagai tantangan kepada salah satu siswa yang bulan depan akan berlomba cipta puisi, saya berikan tantangan mencipta puisi yang mengarah kepada matematika. Bagaimana hasilnya mari kita simak bersama apa yang coba @Christine Lumban Toruan sampaikan kepada kita, "melalui puisi kita tingkatkan intelegensi dengan matematika".
Kebenaran pun selalu merobek makna
Kelam… Gulita… Selimut bagi para pengecut
Bukti hidup bahwa kita ada diantaranya
Berjalan… Berlari semua itu gerak
Tak cukup dengan oleh rasa
Melihat kerinduan bagi yang buta
Mendengar kesulitan bagi mereka yang tuli
Cakrawala adalah hikmat pemberian raja
Hingga dapat menghitung setiap jengkal hasta daratan
Maka sangat mungkin dengan bentang samudera raya
Ataupun jagad raya maupun semesta
Setiap insan yang berpikir menjadi mudah
Ekonomi yang menghantui nyawa terhindarkan
Akuntansi menjadi embrio hidup mengemuka
Astronomi bagian petaka yang tertunda
Maka… semua itu hanyalah sebuah mempelajari
Buah kehidupan matematika dari negeri yunani
Marilah melukiskan Einstein !!! jangan mengkultuskannya
Sebab dia adalah sejarah yang melegenda jagad raya
Ataupun phytagoras of samos
Sebagai yang pertama dan bapak matematika modern
Bahkan ukuran peralatan dan teknologi hidup ini buah cakrawalanya
Maka… menyibak tirai-tirai hanya bermuara pada ilmu pasti
Terangi cakrawala kita diatas intelegensi
Meskipun garis melintang pada dahi
Dan kerut pada kening
Semua itu hanyalah guratan nuansa matematika
Mengalir tak henti pada nadi hidup ini
Saya tidak termasuk matematikawan sejati dimana mempunyai jiwa seorang penyair seperti kata Sofia Vasilyevna Kovalevskaya sehingga saya tidak mampu memberikan masukan berarti untuk karya diatas. Jika Anda punya saran atau kritik yang sifatnya membangun akan sangat senang diterima. Terimakasih.
Masih menganggap matematika hanya hitung-hitungan semata, mari kita lihat kreativitas siswa ini, membuat puisi dengan matematika;
Via : http://www.foldersoal.com
Sofia Vasilyevna Kovalevskaya [15 Januari 1850 – 10 Februari 1891] ialah matematikawan wanita utama Rusia pertama dan murid Karl Weierstra di Berlin. Pada 1884, ia diangkat sebagai profesor di Universitas Stockholm, wanita ketiga di Eropa yang menjadi profesor. Ia telah menyumbang pada teori persamaan diferensial. Pengungkapan Kovalevskaya yang pertama pada kalkulus datang dari kertas di dinding kamarnya - lembaran tulisan kuliah tentang kalkulus diferensial dan integral.
Di sekolah, beberapa rekan guru dan beberapa orang siswa mempunyai kemampuan dalam menciptakan puisi, yang mampu membuat saya kehabisan kata-kata seperti apa yang dikatakan di tv. Bukan hanya mencipta mereka juga mampu membacakannya dengan penuh totalitas sampai kita kehabisan huruf-huruf (mengalahkan iklan di tv yang hanya kehabisan kata-kata). Atas kemampuan mereka merangkai kata, saya tidak ragu untuk 'angkat topi' untuk kemampuan mereka tersebut.
Sebagai tantangan kepada salah satu siswa yang bulan depan akan berlomba cipta puisi, saya berikan tantangan mencipta puisi yang mengarah kepada matematika. Bagaimana hasilnya mari kita simak bersama apa yang coba @Christine Lumban Toruan sampaikan kepada kita, "melalui puisi kita tingkatkan intelegensi dengan matematika".
Nadi Hidup Ini
Kejujuran adalah putih hakikat warnaKebenaran pun selalu merobek makna
Kelam… Gulita… Selimut bagi para pengecut
Bukti hidup bahwa kita ada diantaranya
Berjalan… Berlari semua itu gerak
Tak cukup dengan oleh rasa
Mendengar kesulitan bagi mereka yang tuli
Cakrawala adalah hikmat pemberian raja
Hingga dapat menghitung setiap jengkal hasta daratan
Maka sangat mungkin dengan bentang samudera raya
Ataupun jagad raya maupun semesta
Setiap insan yang berpikir menjadi mudah
Ekonomi yang menghantui nyawa terhindarkan
Akuntansi menjadi embrio hidup mengemuka
Astronomi bagian petaka yang tertunda
Maka… semua itu hanyalah sebuah mempelajari
Buah kehidupan matematika dari negeri yunani
Marilah melukiskan Einstein !!! jangan mengkultuskannya
Sebab dia adalah sejarah yang melegenda jagad raya
Ataupun phytagoras of samos
Sebagai yang pertama dan bapak matematika modern
Bahkan ukuran peralatan dan teknologi hidup ini buah cakrawalanya
Maka… menyibak tirai-tirai hanya bermuara pada ilmu pasti
Terangi cakrawala kita diatas intelegensi
Meskipun garis melintang pada dahi
Dan kerut pada kening
Semua itu hanyalah guratan nuansa matematika
Mengalir tak henti pada nadi hidup ini
buah pena: Christine Lumban Toruan
Saya tidak termasuk matematikawan sejati dimana mempunyai jiwa seorang penyair seperti kata Sofia Vasilyevna Kovalevskaya sehingga saya tidak mampu memberikan masukan berarti untuk karya diatas. Jika Anda punya saran atau kritik yang sifatnya membangun akan sangat senang diterima. Terimakasih.
Masih menganggap matematika hanya hitung-hitungan semata, mari kita lihat kreativitas siswa ini, membuat puisi dengan matematika;
Via : http://www.foldersoal.com
Belum ada Komentar untuk "Matematika Nadi Hidup Ini"
Posting Komentar